Selama gua hidup selama ini, gua
udah banyak bertemu kesulitan. Kesulitan yang bikin gua pengen nangis
guling-guling di tanah sambil bilang “disitu kadang saya sedih.” Mulai dari
kesulitan yang membuat hati tersiksa sampai kesulitan yang bikin gua pengen
mencemooh diri gua sendiri.
Ada beberapa kesulitan yang masih
seger dalam ingatan gua. Waktu gua TK, gua inget waktu itu gua bandel banget.
Bayangin, gua main bola di kelas pas ada guru. Tapi, waktu itu gua berfantasi
kalo itu adalah tempat dimana gua bisa membuktikan diri gua yang sebenernya
jeng jeng jeng.
Tasya menggocek 1, 2, 3 orang bet
bet bet, oper ke sayap kanan. Terjadi umpan panjang disekitar lapangan tengah,
dan yakkk bola kembali ke Tasya. DAN, Tasya shoot ke arah gawang. Arggh, bola melambung
ke arah kepala Ibu guru dan yak kepala ibu guru copot. Wkwk boong deh. Ga kena
kepala ibunya, cuma kena jendela dideketnya *lah sama aja.* Disitu kadang saya
menyesal, kenapa ga jadi goal ? :’(
Untung ibu guru TK gua baik hati
banget, jadi gua ga diomelin. Tapi, bolanya diambil -_- Waktu kejadian itu sih
gua biasa aja. Sekarang gua baru ngerti, betapa keselnya ibu guru. Beruntung
gua ga dibegal. Mungkin ibunya juga ngerti namanya anak kecil, ga masalah
sekarang anak-anak tuyul ini bandel *loh, yang penting suatu saat mereka tau
bagaimana caranya berubah dan menjadi orang yang lebih baik. Makasih Ibu Umah,
Ibu Wahyu, dan Ibu satu lagi *lupa ({})
Beralih ke kesulitan lain. Ini
waktu gua sekitar umur TK juga. Bahaya yang dihadapi sangat mendebarkan, mengerikan,
bau dan menjijikkan. Semua bermula sejak negara api menyerang *maaf melenceng
lagi. Semua bermula di pagi biasa, dimana burung masih terbang menggunakan
sayapnya. Ayam masih mematuk menggunakan paruhnya. Dan Tasya masih bermain
tanpa menggunakan otaknya.
Pagi itu, emak gua nyuruh gua
beli garam. Gatau buat apa, buat ngusir makhluk halus macam gua kali wkwk
becanda, imut imut gini masa disamain sama makhluk halus. Cocoknya gua
dipanggil makhluk kasar, karena seinget gua, gua ga pernah ngejalanin perawatan
kulit apapun. Kembali ke cerita. Gua saat itu termasuk anak yang suka bermain
keluar, jadi saat menerima komando seperti itu dari emak, gua langsung menuju
ke TKP. Gua berjalan dengan kegembiraan yang meluap-luap. Dan, lama-lama gua
merasa bosan, kok jalan gua datar-datar aja ya. Kan ga ada seru-serunya. Ga
lama kemudian, gua ngeliat ada papan yang nutup saluran air atau bahasa gaolnya
G.O.T, seketika gua tergoda buat mencoba lompat-lompat diatas tuh papan.
Untuk beberapa waktu, gua sih
cuek. Mungkin orang-orang yang perhatiin gua bakal ngomong “kasian yah, masih
muda udah gila.” -_- ya kira-kira begitulah, tapi bodo amat, gua sih berpikir
selama gua masih berjalan, melompat, dan berlari menggunakan kaki gua sendiri,
kenapa engga ? Hidup enjoy aja bro, selama ga ngusik hidup orang lain, ngapain
mesti takut ya gak ? Tapi, itu ga sepenuhnya benar.
Beberapa lama gua melompat, makin
lama makin tinggi, makin lama, makin tinggi, dannnnn pppraaakkkkkkkk ! papannya
luluh lantah setelah diinjak-injak raksasa cilik berwajah imut tak berotak.
Seketika gua berubah jadi monster G.O.T ! Apakah ini akhir dari raksasa cilik
berwajah imut tak berotak ? Ahh tidak tidak, sebutannya udah berubah jadi
monster lumpur beraroma busuk tak berotak. Disitu kadang saya pengen nangis. Tapi,
sesulit apapun itu, jika tidak mencoba untuk menghadapinya terlebih dahulu,
maka kamu tidak lebih dari sekadar sampah yang tidak berguna. Gua
dengan tekad yang bulat, kembali pulang ke rumah membawa malu, bukannya membawa
garam.
Sesampainya di rumah, gua membentuk siasat baru. Gua bakal berdiri di depan rumah, berpura-pura hilang ingatan, tidak tahu apa-apa sampai emak gua keluar. Terus pas emak gua keluar dan mulai tanya, gua hanya menjawab “siapa aku dimana ini ? Apakah aku baru saja dibegal ?” Abis itu gua pingsan deh. BANG ! Emak gua seketika keluar dari rumah, mengeluarkan reaksi yang sebelumnya diperkirakan, reaksi mengerikan yang membuat siapapun ingin lari dan menyesali kehidupannya :’( Rencana gua gagal total, gua ga berdaya di depan emak gua… Tragis. Akhirnya, gua dimandiin di depan rumah, me.ma.lu.kan. Itulah saat gua belajar, kalo hal bodoh juga ada batasnya, ga semuanya bisa dilakukan sesuka hati kita. Karena jika tetap berkeras, bakal ada pembalasan mengerikan yang menunggu kita nantinya.
Wkwk serem banget yah kata-kata
gua tadi. Oke, lanjut ke kesulitan lain yang berkesan di hidup gua. Setelah TK,
kita loncat ke masa sekolah SMA gua, karena pas SMP gua ga menemukan kesulitan
berarti, berkat-berkat temen-temen gua. TEMAN-TEMAN, KALIAN LUAR BIASA ! I miss
you so much guys… Di SMA gua belajar
banyak hal dan menemui kesulitan. Gua bertemu banyak orang, gua ketawa bareng,
namun ada saat dimana itu semua cuma jadi sampah yang ga cukup buat menghalangi
kejamnya perpisahan dan keegoisan masing-masing.
Kekompakkan sekarang cuma jadi
mitos belaka. Susah temuin temen yang terima lu apa adanya. Namun, ga susah
temuin orang yang ngaku jadi temen, tapi malah dengan mudahnya nusuk lu dari
berbagai arah. Di SMA ini gua tau, apa itu sedih, apa itu kecewa. Gua mau
cerita mengenai pengalaman terburuk gua sebagai ehmm kalo dibilang “mirip”
pemimpin. Selama hidup gua, gua ga pernah menemukan kesulitan dengan level yang
mengerikan seperti ini.
Dari dulu, gua percaya. Pemimpin
yang hebat, bisa berdiri kokoh karena kepercayaan rakyatnya. Kalo mereka
percaya dan bisa memilih pemimpin yang baik, PASTI mereka bakal mendapat hasil
yang manis. Tapi, sosok kepemimpinan gua kali ini, bener-bener keluar dari
konteks kepercayaan gua. Sebagai pemimpin, akan sangat sulit, apabila setiap
langkahnya diragukan. Bisa jadi pemimpin itu nantinya, akan goyah dalam
mengambil keputusan, dan akhirnya semua bakal hancur. Disini juga gua menemukan
banyak lelucon yang membuat gua ketawa miris. Saking lucunya kadang gua pengen
nangis sekenceng-kencengnya di depan setiap orang yang gua temui. Gua pengen
kasih tau, kalo gua bener-bener terluka… Selama hidup gua, gua ga pernah
diserang habis-habisan.
Gua ga takut untuk menyerang
balik. Gua Cuma takut mereka ga tau, kalo gua ga berpengalaman soal ini. Gua ga
bisa mengendalikan apapun ketika gua marah, gua ga ragu-ragu melayangkan
kepalan saat gua marah, saat gua sedih, gua ga ragu-ragu menghina saat gua udah
benar-benar terpojok. Tapi, satu yang gua takut. Gua takut, gua menyakiti hati
mereka, mereka yang masih gua anggap sebagai temen. Dari dulu, gua berusaha ga
menyakiti hati orang lain, karena gua tau apa itu sakit. Makanya, setiap gua
marah gua hanya diam. Gua ga pernah secara langsung marah-marah di depan umum.
Yang gua lakuin, cuma menenangkan diri, dan menunggu sampai kemarahan gua reda.
Biasanya kalo gua marah, kata-kata apa aja bakal keluar. Gua berusaha sebisa
mungkin ga menyakiti orang dengan kata-kata maupun tindakan gua. TAPI KENAPA MEREKA
GA PERNAH BERPIKIR APA GUA TERLUKA ATAU ENGGA ? Gua ga sekuat apa yang kalian
lihat, gua tersenyum seolah ga terjadi apa-apa dan masih baik, karena gua masih
sabar… Yang mereka lakukan mencemari nama dan kebanggaan gua, saat mereka ga
bisa membuktikan apa-apa dan ga lebih dari gua. Mencaci dengan dada membusung
dan kepala yang menantang ke atas. Gua juga punya batas, gua bakal memilih
menyerah ga peduli mau dikatakan apa. Ini bukan masalah gua pemimpin yang baik
atau bukan. Ini masalah hati, hati ini masih mau gua pakai untuk usia tua gua.
Lebih baik ada pukulan yang diarahkan ke segala arah daripada melontarkan
kata-kata tidak bertanggung jawab. Gua ga mau hati gua terlalu banyak terluka
hanya untuk kalian yang tidak pernah mau mengerti. Cukup bagi gua bersabar, dan
gua memutuskan menyerah untuk kesulitan ini. Mungkin kalian berpikir, yaelah
masalah sepele aja, dramatis amat. Ehmm, kalo begitu coba gantikan posis saya
dan katakan hal itu sekali lagi.
Satu pesan gua untuk para
pembaca. Jangan menyakiti orang lain
terlalu banyak, kita ga pernah tau batas orang sampai mana. Sudah banyak
kasus dimana karena sudah banyak mendapat luka, mereka menyerah dan memutuskan
mengakhiri hidup mereka yang sudah cukup melelahkan, yang menyakitkan. Jangan
pernah. Terutama buat kalian yang belum tau sakit itu seperti apa. Hidup orang
lain bukan lelucon yang bisa lu ketawain dan remehin gitu aja. Bertahan hari
demi hari dengan berbagai kesulitan, mulai dari masalah ekonomi, keluarga,
kesehatan, dan lain-lain. Belum lagi,
ditambah kesulitan yang datang dari orang-orang tidak bertanggung jawab atas
hidup kita, namun dengan seenaknya datang dan menoreh luka di hati dan jiwa. Berjuang
tidak selucu itu.
Memang, menyerah bukan pilihan… tapi kebuntuan. Ada kalanya jiwa menemui batasnya dan memilih untuk tidak terluka lebih dalam hanya untuk hal sepele. Satu keyakinan gua, kegagalan gua kali ini bukan artinya gua kalah, itu hanya salah satu usaha menyelamatkan masa depan gua yang butuh motivasi dan keyakinan lebih banyak. Gua ga mau kehilangan keyakinan dan hancur selamanya.
Gua kira gua bisa bertahan
melewati kesulitan ini. Gua kira, gua
bisa membuktikan kalo gua lebih dari sekadar yang mereka kira. Tapi “gua kira”
itu salah. Dan cuma sebuah alasan, bagi gua biar ga disebut pecundang. Hidup
dalam alasan itu, buat gua terluka setiap harinya. Dan hanya gua yang merasakan
itu. Pada awalnya, meskipun gua tahu itu cuma kebohongan, gua tetep menolak
kenyataan. Menerima kehobongan itu. Gua pikir, entah bagaimana, kebohongan itu
yang bakal jadi kenyataan. Tapi, ga peduli seberapa erat gua tutup mata dan
telinga, dan ga peduli betapa gua keras gua berusaha. Kenyataan masih tetap
berdiri di tempatnya, menunggu saat dimana gua akan menyerah. Sekarang… saatnya
bangun dan meninggalkan segala kebohongan dan menghadapi kenyataan. Ga peduli
betapa mengerikan dan beratnya kenyataan itu.
Gua sadar bukan sekarang saat
yang tepat untuk membuktikan dan membersihkan penghinaan mereka. Gua bakal
buktiin suatu saat nanti, di bidang yang sama. Gua bakal buktiin gua ahli
disini, dan kalian salah telah menyia-nyiakan gua. Hanya tunggu saat itu. Yang gua
mau cuma sedikit, sederhana. Berhenti berpikir hal-hal yang buruk mengenai gua.
Karena menyedihkan bagi gua, ada yang menganggap gua jahat saat gua bener-bener
mengusahakan yang terbaik. Sedih, beneran sedih.
Haha kaku yah abis baca curhatan
gua. Rilex. Maaf, kiriman kali ini berbeda dari kiriman sebelumnya. Maaf,
membuat kalian yang baca ga nyaman, karena kiriman kali ini ga menghibur. Maaf
sebesar-besarnya. Kiriman kali ini,
bener-bener ngewakilin perasaan gua yang meledak-ledak dengan kemarahan yang
tak terbendung lagi hahaha tapi yang terpenting banyak pelajaran yang didapat
dari kiriman kali ini.
Apapun yang kita miliki, bukan
alasan untuk menjadi sombong dan mulai menyakiti orang lain. Sesuatu yang
menyakitkan bisa jadi sangat menghancurkan. Berhati-hatilah. Sudah banyak
kesulitan yang harus dihadapi, jangan menambah kesulitan dengan cemooh yang
tidak berguna. Secara pribadi, lebih baik fisik yang dihina, kekurangan akan
materi yang dicaci, tapi mengenai keyakinan dan harapan, janganlah sampai hal
itu juga dihancurkan juga. Itulah yang dibutuhkan untuk menjemput masa depan
yang sudah terbentang di depan mata. Jika hal itu juga dirampas… selamat ! anda
telah menghancurkan hidup seseorang.