Enjoy

Jumat, 20 Maret 2015

Batas Jiwa


Selama gua hidup selama ini, gua udah banyak bertemu kesulitan. Kesulitan yang bikin gua pengen nangis guling-guling di tanah sambil bilang “disitu kadang saya sedih.” Mulai dari kesulitan yang membuat hati tersiksa sampai kesulitan yang bikin gua pengen mencemooh diri gua sendiri.

Ada beberapa kesulitan yang masih seger dalam ingatan gua. Waktu gua TK, gua inget waktu itu gua bandel banget. Bayangin, gua main bola di kelas pas ada guru. Tapi, waktu itu gua berfantasi kalo itu adalah tempat dimana gua bisa membuktikan diri gua yang sebenernya jeng jeng jeng.

Tasya menggocek 1, 2, 3 orang bet bet bet, oper ke sayap kanan. Terjadi umpan panjang disekitar lapangan tengah, dan yakkk bola kembali ke Tasya. DAN, Tasya shoot ke arah gawang. Arggh, bola melambung ke arah kepala Ibu guru dan yak kepala ibu guru copot. Wkwk boong deh. Ga kena kepala ibunya, cuma kena jendela dideketnya *lah sama aja.* Disitu kadang saya menyesal, kenapa ga jadi goal ? :’(

Untung ibu guru TK gua baik hati banget, jadi gua ga diomelin. Tapi, bolanya diambil -_- Waktu kejadian itu sih gua biasa aja. Sekarang gua baru ngerti, betapa keselnya ibu guru. Beruntung gua ga dibegal. Mungkin ibunya juga ngerti namanya anak kecil, ga masalah sekarang anak-anak tuyul ini bandel *loh, yang penting suatu saat mereka tau bagaimana caranya berubah dan menjadi orang yang lebih baik. Makasih Ibu Umah, Ibu Wahyu, dan Ibu satu lagi *lupa ({})

Beralih ke kesulitan lain. Ini waktu gua sekitar umur TK juga. Bahaya yang dihadapi sangat mendebarkan, mengerikan, bau dan menjijikkan. Semua bermula sejak negara api menyerang *maaf melenceng lagi. Semua bermula di pagi biasa, dimana burung masih terbang menggunakan sayapnya. Ayam masih mematuk menggunakan paruhnya. Dan Tasya masih bermain tanpa menggunakan otaknya.

Pagi itu, emak gua nyuruh gua beli garam. Gatau buat apa, buat ngusir makhluk halus macam gua kali wkwk becanda, imut imut gini masa disamain sama makhluk halus. Cocoknya gua dipanggil makhluk kasar, karena seinget gua, gua ga pernah ngejalanin perawatan kulit apapun. Kembali ke cerita. Gua saat itu termasuk anak yang suka bermain keluar, jadi saat menerima komando seperti itu dari emak, gua langsung menuju ke TKP. Gua berjalan dengan kegembiraan yang meluap-luap. Dan, lama-lama gua merasa bosan, kok jalan gua datar-datar aja ya. Kan ga ada seru-serunya. Ga lama kemudian, gua ngeliat ada papan yang nutup saluran air atau bahasa gaolnya G.O.T, seketika gua tergoda buat mencoba lompat-lompat diatas tuh papan.

Untuk beberapa waktu, gua sih cuek. Mungkin orang-orang yang perhatiin gua bakal ngomong “kasian yah, masih muda udah gila.” -_- ya kira-kira begitulah, tapi bodo amat, gua sih berpikir selama gua masih berjalan, melompat, dan berlari menggunakan kaki gua sendiri, kenapa engga ? Hidup enjoy aja bro, selama ga ngusik hidup orang lain, ngapain mesti takut ya gak ? Tapi, itu ga sepenuhnya benar.

Beberapa lama gua melompat, makin lama makin tinggi, makin lama, makin tinggi, dannnnn pppraaakkkkkkkk ! papannya luluh lantah setelah diinjak-injak raksasa cilik berwajah imut tak berotak. Seketika gua berubah jadi monster G.O.T ! Apakah ini akhir dari raksasa cilik berwajah imut tak berotak ? Ahh tidak tidak, sebutannya udah berubah jadi monster lumpur beraroma busuk tak berotak. Disitu kadang saya pengen nangis. Tapi, sesulit apapun itu, jika tidak mencoba untuk menghadapinya terlebih dahulu, maka kamu tidak lebih dari sekadar sampah yang tidak berguna. Gua dengan tekad yang bulat, kembali pulang ke rumah membawa malu, bukannya membawa garam.

Sesampainya di rumah, gua membentuk siasat baru. Gua bakal berdiri di depan rumah, berpura-pura hilang ingatan, tidak tahu apa-apa sampai emak gua keluar. Terus pas emak gua keluar dan mulai tanya, gua hanya menjawab “siapa aku dimana ini ? Apakah aku baru saja dibegal ?” Abis itu gua pingsan deh. BANG ! Emak gua seketika keluar dari rumah, mengeluarkan reaksi yang sebelumnya diperkirakan, reaksi mengerikan yang membuat siapapun ingin lari dan menyesali kehidupannya :’( Rencana gua gagal total, gua ga berdaya di depan emak gua… Tragis. Akhirnya, gua dimandiin di depan rumah, me.ma.lu.kan. Itulah saat gua belajar, kalo hal bodoh juga ada batasnya, ga semuanya bisa dilakukan sesuka hati kita. Karena jika tetap berkeras, bakal ada pembalasan mengerikan yang menunggu kita nantinya.

Wkwk serem banget yah kata-kata gua tadi. Oke, lanjut ke kesulitan lain yang berkesan di hidup gua. Setelah TK, kita loncat ke masa sekolah SMA gua, karena pas SMP gua ga menemukan kesulitan berarti, berkat-berkat temen-temen gua. TEMAN-TEMAN, KALIAN LUAR BIASA ! I miss you so much guys… Di  SMA gua belajar banyak hal dan menemui kesulitan. Gua bertemu banyak orang, gua ketawa bareng, namun ada saat dimana itu semua cuma jadi sampah yang ga cukup buat menghalangi kejamnya perpisahan dan keegoisan masing-masing.

Kekompakkan sekarang cuma jadi mitos belaka. Susah temuin temen yang terima lu apa adanya. Namun, ga susah temuin orang yang ngaku jadi temen, tapi malah dengan mudahnya nusuk lu dari berbagai arah. Di SMA ini gua tau, apa itu sedih, apa itu kecewa. Gua mau cerita mengenai pengalaman terburuk gua sebagai ehmm kalo dibilang “mirip” pemimpin. Selama hidup gua, gua ga pernah menemukan kesulitan dengan level yang mengerikan seperti ini.

Dari dulu, gua percaya. Pemimpin yang hebat, bisa berdiri kokoh karena kepercayaan rakyatnya. Kalo mereka percaya dan bisa memilih pemimpin yang baik, PASTI mereka bakal mendapat hasil yang manis. Tapi, sosok kepemimpinan gua kali ini, bener-bener keluar dari konteks kepercayaan gua. Sebagai pemimpin, akan sangat sulit, apabila setiap langkahnya diragukan. Bisa jadi pemimpin itu nantinya, akan goyah dalam mengambil keputusan, dan akhirnya semua bakal hancur. Disini juga gua menemukan banyak lelucon yang membuat gua ketawa miris. Saking lucunya kadang gua pengen nangis sekenceng-kencengnya di depan setiap orang yang gua temui. Gua pengen kasih tau, kalo gua bener-bener terluka… Selama hidup gua, gua ga pernah diserang habis-habisan.

Gua ga takut untuk menyerang balik. Gua Cuma takut mereka ga tau, kalo gua ga berpengalaman soal ini. Gua ga bisa mengendalikan apapun ketika gua marah, gua ga ragu-ragu melayangkan kepalan saat gua marah, saat gua sedih, gua ga ragu-ragu menghina saat gua udah benar-benar terpojok. Tapi, satu yang gua takut. Gua takut, gua menyakiti hati mereka, mereka yang masih gua anggap sebagai temen. Dari dulu, gua berusaha ga menyakiti hati orang lain, karena gua tau apa itu sakit. Makanya, setiap gua marah gua hanya diam. Gua ga pernah secara langsung marah-marah di depan umum. Yang gua lakuin, cuma menenangkan diri, dan menunggu sampai kemarahan gua reda. Biasanya kalo gua marah, kata-kata apa aja bakal keluar. Gua berusaha sebisa mungkin ga menyakiti orang dengan kata-kata maupun tindakan gua. TAPI KENAPA MEREKA GA PERNAH BERPIKIR APA GUA TERLUKA ATAU ENGGA ? Gua ga sekuat apa yang kalian lihat, gua tersenyum seolah ga terjadi apa-apa dan masih baik, karena gua masih sabar… Yang mereka lakukan mencemari nama dan kebanggaan gua, saat mereka ga bisa membuktikan apa-apa dan ga lebih dari gua. Mencaci dengan dada membusung dan kepala yang menantang ke atas. Gua juga punya batas, gua bakal memilih menyerah ga peduli mau dikatakan apa. Ini bukan masalah gua pemimpin yang baik atau bukan. Ini masalah hati, hati ini masih mau gua pakai untuk usia tua gua. Lebih baik ada pukulan yang diarahkan ke segala arah daripada melontarkan kata-kata tidak bertanggung jawab. Gua ga mau hati gua terlalu banyak terluka hanya untuk kalian yang tidak pernah mau mengerti. Cukup bagi gua bersabar, dan gua memutuskan menyerah untuk kesulitan ini. Mungkin kalian berpikir, yaelah masalah sepele aja, dramatis amat. Ehmm, kalo begitu coba gantikan posis saya dan katakan hal itu sekali lagi.

Satu pesan gua untuk para pembaca. Jangan menyakiti orang lain terlalu banyak, kita ga pernah tau batas orang sampai mana. Sudah banyak kasus dimana karena sudah banyak mendapat luka, mereka menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup mereka yang sudah cukup melelahkan, yang menyakitkan. Jangan pernah. Terutama buat kalian yang belum tau sakit itu seperti apa. Hidup orang lain bukan lelucon yang bisa lu ketawain dan remehin gitu aja. Bertahan hari demi hari dengan berbagai kesulitan, mulai dari masalah ekonomi, keluarga, kesehatan, dan  lain-lain. Belum lagi, ditambah kesulitan yang datang dari orang-orang tidak bertanggung jawab atas hidup kita, namun dengan seenaknya datang dan menoreh luka di hati dan jiwa. Berjuang tidak selucu itu.

Memang, menyerah bukan pilihan… tapi kebuntuan. Ada kalanya jiwa menemui batasnya dan memilih untuk tidak terluka lebih dalam hanya untuk hal sepele. Satu keyakinan gua, kegagalan gua kali ini bukan artinya gua kalah, itu hanya salah satu usaha menyelamatkan masa depan gua yang butuh motivasi dan keyakinan lebih banyak. Gua ga mau kehilangan keyakinan dan hancur selamanya.

Gua kira gua bisa bertahan melewati kesulitan ini. Gua kira,  gua bisa membuktikan kalo gua lebih dari sekadar yang mereka kira. Tapi “gua kira” itu salah. Dan cuma sebuah alasan, bagi gua biar ga disebut pecundang. Hidup dalam alasan itu, buat gua terluka setiap harinya. Dan hanya gua yang merasakan itu. Pada awalnya, meskipun gua tahu itu cuma kebohongan, gua tetep menolak kenyataan. Menerima kehobongan itu. Gua pikir, entah bagaimana, kebohongan itu yang bakal jadi kenyataan. Tapi, ga peduli seberapa erat gua tutup mata dan telinga, dan ga peduli betapa gua keras gua berusaha. Kenyataan masih tetap berdiri di tempatnya, menunggu saat dimana gua akan menyerah. Sekarang… saatnya bangun dan meninggalkan segala kebohongan dan menghadapi kenyataan. Ga peduli betapa mengerikan dan beratnya kenyataan itu.

Gua sadar bukan sekarang saat yang tepat untuk membuktikan dan membersihkan penghinaan mereka. Gua bakal buktiin suatu saat nanti, di bidang yang sama. Gua bakal buktiin gua ahli disini, dan kalian salah telah menyia-nyiakan gua. Hanya tunggu saat itu. Yang gua mau cuma sedikit, sederhana. Berhenti berpikir hal-hal yang buruk mengenai gua. Karena menyedihkan bagi gua, ada yang menganggap gua jahat saat gua bener-bener mengusahakan yang terbaik. Sedih, beneran sedih.
Haha kaku yah abis baca curhatan gua. Rilex. Maaf, kiriman kali ini berbeda dari kiriman sebelumnya. Maaf, membuat kalian yang baca ga nyaman, karena kiriman kali ini ga menghibur. Maaf sebesar-besarnya. Kiriman kali  ini, bener-bener ngewakilin perasaan gua yang meledak-ledak dengan kemarahan yang tak terbendung lagi hahaha tapi yang terpenting banyak pelajaran yang didapat dari kiriman kali ini.


Apapun yang kita miliki, bukan alasan untuk menjadi sombong dan mulai menyakiti orang lain. Sesuatu yang menyakitkan bisa jadi sangat menghancurkan. Berhati-hatilah. Sudah banyak kesulitan yang harus dihadapi, jangan menambah kesulitan dengan cemooh yang tidak berguna. Secara pribadi, lebih baik fisik yang dihina, kekurangan akan materi yang dicaci, tapi mengenai keyakinan dan harapan, janganlah sampai hal itu juga dihancurkan juga. Itulah yang dibutuhkan untuk menjemput masa depan yang sudah terbentang di depan mata. Jika hal itu juga dirampas… selamat ! anda telah menghancurkan hidup seseorang.